Mengenal Masjid Saka Tunggal

Diposkan pada 2025-09-29 00:00:00

Memasuki bulan suci Ramadan, banyak orang tidak hanya melaksanakan ibadah puasa tetapi juga kegiatan yang positif. Adapun ketika berlibur tidak jarang orang-orang memutuskan untuk melakukan wisata religi.

Sebagai informasi, wisata religi merupakan perjalanan yang tidak hanya memberikan pengalaman spiritual tetapi juga menambah wawasan budaya dan sejarah. Wisata religi bisa berupa mengunjungi tempat ibadah bersejarah seperti masjid, gereja, atau pura. Tempat-tempat ibadah tersebut biasanya menyimpan edukasi seperti telah berdiri sejak ratusan tahun lalu dan dapat memberikan inspirasi dan ketenangan bagi para wisatawan yang mendatanginya.

Selain itu, wisata religi juga menjadi sarana untuk memahami nilai-nilai kehidupan serta meningkatkan rasa syukur dan kedekatan dengan Tuhan. Kemudian salah satu manfaat utama dari wisata religi adalah mengenali sejarah dan keunikan arsitektur bangunan ibadah.

Saat ini banyak masjid bersejarah di dunia yang tentunya memiliki nilai seni dan budaya tinggi seperti Masjid Istiqlal di Jakarta, Masjid Sultan di Singapura, hingga Masjid Alhambra di Spanyol. Masjid-masjid tersebut biasanya menyimpan keindahan dari ornamen, ukiran kaligrafi, serta gaya arsitektur yang khas mencerminkan perkembangan peradaban Islam di berbagai zaman dan wilayah.

Selain memperkaya wawasan sejarah dan budaya wisata religi juga dapat meningkatkan rasa toleransi antarumat beragama. Adapun di Indonesia ada salah satu tempat wisata religi yang bersejarah yaitu Masjid Saka Tunggal di Banyumas.

Mengenal Masjid Saka Tunggal

Mengutip dari situs Prov Jateng Masjid Saka Tunggal merupakan masjid bersejarah dan tercatat sebagai salah satu peninggalan penyebaran agama Islam tertua yang ada di wilayah Banyumas. Masjidnya didirikan oleh Kyai Mustolih sejak tahun 1288 seperti yang tertulis dalam Saka Guru (Tiang Utama) di masjidnya. Selain itu, masjidnya disebut “Saka Tunggal” karena masjid ini mempunyai keunikan tiang penyangga utama bangunan yang hanya ada satu.

“Tertulis 1288. Apakah itu tahun berdirinya atau bagaimana, enggak tahu. Adanya gitu,” ucap Takir Masjid Saka Tunggal, Sopani.

Kemudian di sekitar masjidnya masih ada hutan dan sering kali masih ada sekawan kera ekor panjang yang kerap turun ke wilayah masjid untuk menghampiri para pengunjung. Kera tersebut tergolong jinak dan tidak mengganggu namun pengunjung harus tetap berhati-hati. Bangunan Masjidnya terkenal dengan atap menggunakan atap sirap kayu namun beberapa kali diganti karena rusak. Kemudian material dindingnya awalnya menggunakan kayu dan anyaman kayu tetapi diubah untuk pemeliharaan jadi dinding bata untuk eksterior masjid.

Daya Tarik Masjid Saka Tunggal

Masjid Saka Tunggal menjadi salah satu wisata religi yang terkenal sebagai masjid bersejarah. Masjid ini juga termasuk cagar budaya dan diketahui sebagai masjid tertua di Jawa. Daya tarik utama dari masjid ini adalah kehadiran tiang penyangganya yang hanya ada satu di masjidnya. Pasalnya beberapa masjid di Jawa umumnya mempunyai setidaknya empat tiang penyangga.

Kemudian di sekitar masjid ini terdapat kera yang berkeliaran bebas namun tidak mengganggu dan jinak. Pengunjung hanya bisa berhati-hati dalam beraktivitas atau memberi makanan yang sesuai untuk kera. Selain itu, pakaian mima dan muadzin di masjid ini tidak menggunakan penutup kepala yang lazimnya digunakan di Indonesia yaitu peci atau kopiah tetapi menggunakan udeng atau pengikat kepala.

Masjid ini mempunyai banyak daya tarik lainnya yang menarik untuk diketahui terutama sebagai destinasi wisata religi penuh edukasi.

Lokasi Masjid Saka Tunggal

Masjid Saka Tunggal berlokasi di Cikakak, Kec. Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Adapun dari kawasan Alun-Alun Wangon berlokasi sekitar 7,1 km atau 13 menit perjalanan. Adapun dari pusat Kabupaten Banyumas tempat tersebut berjarak sekitar 14,1 km atau 30 menit berkendara. Kemudian dari pusat kota Purwokerto tempatnya berlokasi 29,5 km atau 49 menit perjalanan.

Wisatawan bisa mengakses tempat tersebut dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat. Perjalanan yang akan dilalui merupakan pemandangan pepohonan hingga rumah-rumah warga lokal.

Komentar Anda

Tuliskan Komentar Anda

Komentar Anda akan kami Validasi sebelum ditampilkan

Asy-Syifa